Kamis, 10 Juni 2010

PESTA SANTA PERAWAN MENGUNJUNGI ELISABET


( Luk 1:39-56 )
Oleh. Rm. Agustinus Heri Wibowo, Pr

Yang terkasih Rm. Rudi, Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudar-saudari, serta anak-anak yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Kita Yesus Kristus, Selamat Jumpa, Berkah Dalem.
Membaca teks ini, saya sempat terusik oleh kata “melonjaklah anak dalam Rahimnya” sampai saya memerlukan diri untuk bertanya pada dokter dan guru bahasa Indonesia, tadinya persepsi saya kandungan Ibu Elisabet sudah berusia tua, sehingga kemungkinan posisi bayi sudah berada di bawah, kalau melonjak kegirangan apakah berarti Bayi tersebut berbalik arah dari posisi kepala di bawah menjadi posisi kepala di atas (180%) lalu melompat dengan kaki terangkat sambil teriak ik..ak…ik..ak.?
Tapi setelah saya cermati secara tekstual berdasarkan informasi dari kitab Suci dan tradisi Yahudi, kandungan Elisabet kira-kira sudah berumur 6 bulan, dan kepala bayi menghadap kebawah kecil kemungkinannya, biasanya kepala bayi menghadap ke bawah apabila saat-saat kelahiran sudah dekat. Guru bahasa yang saya Tanya sempat njawab dengan kata Jawa :”njondhil” untuk menerjemahkan kata melonjak, dan kiranya ini lebih tepat dalam konteks di atas.
Tetapi saudara-saudari kekasih, saya tidak bermaksud untuk mengupas soal diatas lebih panjang lagi, karena Lukas tidak bermaksud demikian, bayi yang melakukan suatu gerakan mendadak dan kuat dapat diartikan sebagai gambaran datangnya Roh Kudus pada Yohanes sebelum ia dilahirkan, ini mau menunjuk relasi Yesus dan Yohanes nantinya. Bahwa Kelahiran Yohanes menjadi bagian dari pelaksanaan rencana keselamatan Allah. Yohanes akan mempersiapkan karya dan pewartaan yang akan dilakukan Yesus.
Pada Zaman dahulu, gerakan-gerakan aneh bayi dalam kandungan dapat menandakan sesuatu, maka digunakan untuk meramalkan masa depannya. Misalanya waktu dalam kandungan Ibu Ribka, Yakub dan Esau saling bertolak-tolakkan (Kej 25: 22), dan hal itu digambarkan sebagai perselisihan mereka di kemudian hari.
Saudara-saudari kekasih kalau boleh saya beri judul, tema kotbah saya adalah “kunjungan yang menggairahkan dan membawa perubahan”.
Pada awal teks ini, dikisahkan bagaimana Maria bergairah menuju salah satu kota di pegunungan Yehuda, tempat Elisabet saudaranya. Padahal kota itu cukup jauh dan medannya sulit, dari Nazaret tempat tinggal Maria sampai kesana membutuhkan 4 hari perjalanan. Apa yang membuat Maria bergairah? Karena Maria taat dan percaya pada rencana keselamatan Allah. Maria dituntun oleh Allah sendiri untuk menjumpai Elisabet. Bahwa Yohanes pembaptis anak Elisabet akan menjadi bagian dari penggenapan rencana keselamatan Allah. Maria sungguh-sungguh seorang hamba Tuhan yang ingin dipakai Allah dalam penggenapan rencanaNya.
Apa yang terjadi setelah Maria berjumpa dengan Elisabet saudaraNya? terjadi peristiwa yang heboh, mereka bersukacita, dipenuhi kebahagiaan. Mereka saling menggairahkan dalam iman, mereka saling bercerita pengalaman disapa Allah secara special. Inilah namanya kunjungan iman. Mereka mengungkapkan puji-pujian kepada Allah yang rela berkarya dalam hidup mereka.
Apa yang menyebabkan mereka bersukacita dan berbahagia? karena ada Yesus di sana, Maria membawa Yesus dalam kandungannya, dan mereka percaya bahwa Allah berkarya. Dengan demikin bahagia bukan pertama-tama karena unsure materi dan fisik, tetapi karena Percaya pada Allah, seperti kata Injil hari ini, berbahagialah yang percaya…..
Akhirnya saudara-saudara kekasih, belajar dari perikop Injil di atas perlulah kita bertanya pada diri sendiri.
Sudahkah kita membuka hati untuk dikunjungi Tuhan? relakah kita bila Tuhan hadir di hati kita dan mengatur hidup kita? Akankah Tuhan yang hadir itu hanya akan berhenti di tataran rohani ataukah menggerakkan kita sampai pada actus, sampai pada tindakan untuk berbagi, untuk mengunjungi, menyapa dan memberi perhatian pada yang sakit, tersingkir, dan yang membutuhkan?
Saudara-saudari kekasih berbicara tentang kunjungan, ada beberapa pengalaman yang ingin saya sampaikan. Beberapa hari ini salah seorang keluarga koster kita dengan penuh semangat bersyukur dan minta tolong supaya dihaturkan terima kasih kepada umat atas kunjungan dan doannya di waktu koster kita sakit, karena kunjungan umat itusungguh menguatkan, dan menggairahkan semangat hidup, sekarang bapak koster sudah sembuh dan semoga demikian seterusnya.
Juga semenjak saya datang Romo Rudi bersama dewan paroki melakukan kunjungan umat, kunjungan Gembala kepada dombanya, sebuah kunjungan iman. Analisa saya kunjungan ini sungguh menggairahkan karena minimal selesai jam 23.00 WIB bahkan sering sampai jam 00.00 wib.
Pertanyaannya apakah kunjungan ini membawa perubahan? Umat menjadi lebih bergairah dalam iman, dalam menggereja, dalam bermasyarakat ? atau malah “mejen” ? Belum ada survey untuk ini. Hal ini menjadi PR kita bersama.
Saudara-saudari kekasih, pada kesempatan hari ini akan di adakan pemberkatan tempat doa di komplek gereja kita, semoga dengan berdoa di tempat ini kita sungguh mengalami kunjungan dari Allah sendiri. Dan semoga dengan devosi-devosi yang kita lakukan semakin membuat kita bergairah dalam menjemaat entah di lingkungan kita, paroki, ataupun masyarakat.
Akhirnya seperti di simpulkan Rm. Rudi mengenai permenungan saya , kata kuncinya adalah “njondhil dan Mejen”. Apakah kita njodil, bergairah dalam iman dan berubah lebih baik atau malah Mejen???

Ket:
Njondil (Jawa) : gerakan yang mendadak dan kuat
Mejen (jawa): punya potensi untuk menunjukkan aktivitas tapi pada kenyataannya diam saja

Tidak ada komentar: